Candi Borobudur merupakan suatu mahakarya terutama bagi yang beragama Buddha. Candi yang berasal dari abad 9 ini diketahui berasal dari dinasti Syailendra. Candi ini hilang secara misterius dan bersamaan dengannya terpendamnya sebuah misteri tentang tantra Borobudur.
Seseorang eyang bercerita dan demikian yang kudengar:
Alkisah, pada abad ke 4 sebelum wangsa Sailendra berkuasa, di Jawa Barat berdiri sebuah kerajaan Shepo (Bumi- Sherpa) yang mana terdiri dari wangsa Holing (beragama Buddha) dan wangsa Taruma (beragama Hindu). Bukti adanya situs Batujaya. Kerajaan ini berkembang dan terus berkembang hingga melakukan expansi ke luar dari daerahnya. Di Jawa Barat dikenal dengan kerajaan Tarumanegara (Hindu), Jawa Tengah dengan kerajaan Kalingga (Buddha), dan Sumatra dengan kerajaan Sriwijaya (Buddha).
Pada abad ke 7, kerajaan Kalingga yang berkuasa di Jawa (bahasa Sansekerta: Pavaya Dwipa) dan kerajaan Sriwijaya yang berkuasa di Sumatra (bahasa Sansekerta: Suvarana Dwipa) berkembang menjadi kerajaan besar. Hal ini dikarenakan kerajaan yang terletak di dekat pantai dimana menjadi pusat jalur perdagangan dan agama. Jalur ini merupakan penghubung negara Tiongkok, India dan Arab (jalur sutra) lintas laut selatan. Wajar bila kebudayaan kita bagaikan campuran dari kebudayaan ketiga negara tersebut. Oyah, ada seorang mahaguru Dharma Buddha yang terkenal saat itu yaitu Jnana Bhadra.
Di kerajaan Kalingga pada abad ke 8, ada seseorang mahaguru yang mempunyai garis keturunan Sanyang Purwa Brata dari Gunung Mahameru Himalaya India Utara. Mahaguru Dharma Vajra Carya yang bernama Ban Hong (Ba-Gong) ini sangat mahir siddhi kebatinan Arya Tara, Arya Chunda , Cintamani Cakra. Dengan adanya jalur sutra, Ban Hong memperoleh kesempatan pergi menuju Tiongkok dan India untuk belajar, kepada seorang mahaguru yang bernama Hui Guo. Ia belajar Madhyamika, Yogacara, Shusiddhi Karma, Vajra Sekhara Yoga, Mahavairocana Garbhasoka, Zhishey Chod, Phowa, dll. Apa yang ia pelajari adalah cikal bakal ajaran Buddha Sekte Tantra Laut Kidul (Borobudur).
Ban Hong tentu tak lupa akan tanah airnya. Ia kembali pada awal abad ke 9 yang ternyata kerajaan Kalingga telah melebur menjadi kerajaan Mataram (Kuno). Pada zaman itu pembagian wilayah dalam pembangunan candi agama Buddha di Jawa Tengah terjadi. Hal ini dikarenakan kerajaan yang terdiri dari wangsa Sailendra (Buddha) memiliki ikatan perkawinan putri kerajaan Sriwijaya, dan wangsa Sanjaya (Hindu) yang memiliki hubungan dengan wangsa Taruma di Jawa Barat.
Pembagian candi terbagi atas 2 kelompok yaitu candi yang dibangun oleh wangsa Syailendra dan candi yang dibangun oleh wangsa Sanjaya. Candi oleh wangsa Syailendra berada di barat daya Gunung Merapi seperti candi Ngawen, Pawon, Mendut dan Borobudur. Candi oleh wangsa Sanjaya berada di tenggara Gunung Merapi yang memiliki ciri candi Buddha berdampingan dengan candi Hindu. Candi Buddha-nya antara lain candi Kalasan, Sari, Sajiwo, Sewu, Lumbung Bubrah dan Plaosan.
Pada abad ke 10, terjadi sebuah fenomena alam yang membuat kerajaan Mataram (kuno) dan candi seperti Borobudur hilang secara misterius. Gempa, tsunami, gunung berapi menjadikan Tantra Candi Borobudur hampir tidak meninggalkan bekas di bumi pertiwi ini. Ajaran Tantra yang tersisa diwarisi oleh keturunan wangsa Syailendra Balaputera Dewa yang menjadi raja Sriwijaya dan oleh wangsa Sanjaya yaitu raja Pikatan dan permaisuri Pramodhawardhani yang berkembang menjadi ajaran Tantra Syiwa Buddha di Jawa Timur.
Tantra yang diwarisi oleh keturunan Syailendra dibawa dan berkembang di Tibet oleh Atisa pada abad 11, akan tetapi ajaran tantra di Sumatra lenyap karena jatuhnya kerajaan Sriwijaya pada abad 14. Tantra yang diwarisi oleh keturunan Sanjaya-pun lenyap karena runtuhnya kerajaan Majapahit pada abad 15.
Ini adalah secibir mantra yang kudengar dari eyang;
Apakah ini benar? Demikianlah yang kudengar dari eyang. Enjoy, peace and love
Kamis, 30 Juli 2009
Rahasia Tantra Borobudur
Posted by hanif is AREMA
22.08, under rahasia | No comments
0 ocehan:
Posting Komentar